June 3, 2013

ke Puncak Dieng, Jawa tengah



On June 3, 2013 

Tepat pagi hari sabtu di bulan mei 2013 entah itu sabtu pon, pahing, wage, kliwon atau baygon pokoknya hari itu hari sabtu, gue olahraga sepeda keliling kota yogyakarta (padahal keliling keraton) bersama temen gue yang gembul sebutlah namanya markybo, namanya memang marky karena badannya lebih besar di antara temen-temen gue makanya kaya kebo (gag nyambung yah? Yaudah gag usah di bahas. Ribed amat sih, amat aja gag ribed kaya cimet. Nanya cimet siapa lagi? Nanti juga tau sendiri). Kebetulan nyokap gue yang tampangnya gag setampan gue, lagi ada acara gathering dari kantornya di jogja, jadi sebisa mungkin dan sekuat tenaga gue yang kalo di timbang cuma seberat upil campur daki, nyempetin ketemu doi di daerah alun-alun lor (tau lor? Lor itu lawannya kidul. Kidul tau gag? Gag tau? Yaudah ke jogja aja ketemu gue. Untuk cewe-cewe yang masih single, gag usah ragu direct message gue di fb /irul.rizal atau twitter @irulrizal *skalian modus*).  Maklum udah sebulan lebih gue ngerantau di kota jogja ini dan sama sekali belum ketemu nyokap gue yang cantik (biar keliatan anak yang berbakti), disitu gue gag sempet kangen-kangenan sama beliau karena doi juga udah gag peduli sama gue dan kayanya dia mau puas-puasin main di jogja sama temen-temennya (gag apalah, setidaknya di kontak hp nya masih nyimpen nomor gue dengan nama “anakku abang”, entah abang mana, abang-abang sayur langganan die kali, ah biarin ajah yang penting masih inget gue. TITIK). Sehabis ketemu nyokap gue itu kita (gue sama markybo) lanjut nyari makan sisaan orang, yang penting hari ini bisa makan apalagi gratis berarti tuhan masih sayang dan peduli sama kita. Waktu sudah menunjukkan pukul 8.30 pagi dan kita berencana untuk pulang  dan bersiap-siap untuk pulang ke kosan masing-masing karena sehari sebelumnya kita udah janjian untuk jalan-jalan ke tempat yang belum tau pastinya kemana yang penting jam 9 pagi kita berkumpul di kosan salah satu temen kita di pojokan pojokusumo. Oya lupa, itu sepeda baru loh, sepeda yang bisa di lipet, keren kan, ye kan, keren dong, iya dong (norak dikit lah). Sesampai di kosan, gue pun langsung bersih-bersih badan yang kata orang sih propor (mau muntah yah? Muntahin aja, gapapa kok) dan bersiap-siap karena gag enak aja sama yang lain karena udah janji jam 9 ngumpul di kosan temen gue itu. Setelah badan gue wangi semerbak bunga bangkai, gue berinisiatif untuk menelepon temen gue itu yang bernama apoy (anak lepoy), cua (cumi amis) dan kiko (riski kondom) karena entah kenapa perasaan gue gag enak seperti orang yang lagi mules (ya benar,, gue ternyata mules pingin boker karena tadi lupa belum nabung di jamban) dan akhirnya selain karena belum boker, mules itu ternyata karena si apoy dan temen-temen yang lain masih pada tewas di kasur (huasemmm,,, gue udah tampan kaya cok simbara, mereka masih kaya kucing abis macul), akhirnya gue menunggu dengan wajah yang tetap tampan (bacanya gag usah jadi nampan). Sekitar jam sebelas, mereka sudah siap tapi tetep belum makan (akhirnya gue nungguin mereka makan dengan wajah yang tampan permanen juga). Oyaa,, lupa lagi, kosan gue itu di bilangan taman siswa jalan permadi itu loh (kalo gag tau direct message lagi aja gue di fb dan twitter tadi, tapi harus cewe yang masih single yah). Setelah azan lohor berkumandang, kita baru mulai perencanaan kemana kita akan liburan weekend ini, setelah berembuk satu jam lamanya kita memutuskan untuk jalan-jalan ke daerah dieng jawa tengah (padahal diantara kita belum tau kesana itu membutuhkan berapa lamanya, bagaimana rutenya, hanya tau disana itu ada candi dieng. Titik). Kebetulan kita di jogja ini mendapatkan jatah kendaraan plus driver, tapi karena lebih seru beramai di perjalanan, kita memutuskan untuk memakai satu mobil dan satu driver aja yakni drivernya si apoy sebut saja namanya pak tri dan dia pun belum pernah ke daerah dieng tersebut. Perjalanan di mulai jam 1 siang, dan ternyata macettttt (baru inget kalau hari libur itu di jogja pasti macet dan baru inget ternyata kita berdelapan termasuk pak tri yang aslinya orang semarang  itu belum mengerti seluk beluk kota jogja, cocok dah),  Sekitar jam 2an baru lolos dari kota jogja. Baru 2 jam perjalanan aja kita baru sampai di kota magelang dan kita gag mau kelewat untuk merasakan makanan khas kota tersebut, yak benar “kupat tahu magelang”. lumayan lah sambil mengisi perut gue yang baru ke isi pagi, sekalian meregangkan kaki yang selalu menekuk selama perjalanan itu (maklum 1 mobil berisi 8 orang, mau gag mau harus mau tuh kaki di tekuk kaya ayam lagi sakit).  Setelah amunisi perut dan kantong terisi, lanjutlah perjalanan kita ke daerah dieng tersebut. Kira-kira jam 5 sore kita sudah masuk di daerah wonosobo dan di sambit hujan deras di sertai kabut yang menghalangi jarak pandang kita untuk melihat gadis-gadis yang biasanya ramai di alun-alun wonosobo itu, apa mau dikata kita cuma bisa gigit jempol kaki sendiri. Setengah jam berlalu kita beristirahat di tempat yang namanya “gardu pandang tieng” yang ketingiannya mencapai 1789 m di atas permukaan laut (itu siapa yang ngukur yah, mugkin meterannya di sambung-sambungin, whatever lah). Ternyata udara disana sejuk banget, saking sejuknya semua badan menggigil kedinginan dan entah kabar pwliharaan gue di dalem kancut, mungkin sudah mengkerut (gag usah di bahas yah). Untungnya disitu ada tempat makan yang menjual minuman hangat yang lumayan untuk menghangatkan tubuh dan disediakan selimut untuk melindungi tubuh yang propor ini dari sengatan dingin. Hanya beberapa yang membawa jaket dan biasanya aja gue di jogja yang panasnya lumayan menyengat, selalu memakai jaket atau sweater, kali ini gue lupa membawa itu semua, alhasil bener-bener menderita dengan kekhilafan itu. Satu jam sudah kita beristirahat di tempat makan itu dan kita tetap melanjutkan perjalanan ke candi dieng itu karena penasaran dengan tempat itu walaupun hujan masih belum juga reda dan langitpun sudah berubah menjadi gelap gulita. Sesampainya di wisata candi dieng yang dinginnya semakin menyengat saja, kita cuma bisa melihat candi-candi yang ada disana dengan menggunakan senter yang ada di hp esia hidayah. Karena tidak kuat dengan dinginnya yang semakin lama semakin mencekan, kitapun yang tidak siap membawa perlengkapan jubah penangkal dingin, segera membeli jaket yang setidaknya masuk dalam kategori lumayan untuk mengusir semua sambaran rasa dingin itu yang memang terlihat berniat untuk menyengat tubuh kita. Semuaya masih penasaran dengan tempat-tempat wisata yang ada di daerah tersebut dan sungguh sangat disayangkan dengan perjalanan yang jauhnya lumayan menguras tenaga jika tidak poto-poto (kaya anak abg labil, kemana-mana harus poto), kebetulan kita teringat tawaran si ibu yang namanya tidak diketahui (yang punya tempat makan tadi itu) untuk beristirahat di rumahnya yang jarang di tempati olehnya dan keluarganya, dengan sinyal yang hidup segan matipun tak mau, rewok (reja ewok) menelepon si ibu itu untuk menyetujui tawarannya. Sambil menunggu, kita semua makan jagung bakar, kentang goreng dan minuman penghangat khas daerah tersebut serta senda gurau diantara kita dan para penjual yang ada disana. Si ibu dan suaminya pun datang dengan mobilnya dan kita pun langsung meluncur mengikuti dia ke tempat peristirahatan itu. Sesampai di rumahnya itu, kita merasa seperti rezeki yang baru turun dari langit, kita di sajikan minuman penghangat dan di rumahnya pun di sediakan selimut serta kamar mandi yang ada air panasnya (walaupun ada air panas, tetep aja gag ada yang mau mandi seperti kambing yang takut dengan air), semua sedang bercinta dengan selimutnya masng-masing.  Si bapak sepertinya sudah bersih-bersih dan langsung menghapiri kita untuk bercerita tentang daerah disini serta menawarkan kita untuk melihat sunrise (tau sunrise gag? Kali ini gue berbaik hati untuk memberitahu kalian bahwasanya sunrise itu ialah lawam kata dari sunset. Sunset gag tau? Tanya aja Mr.nana guru bahasa inggris gue. Mau tau Mr. Nana? Yaudah message gue aja di FB dan twitter gue, tapi inget kudu cewe yang masih single yah). Kita pun sangat antusias dengan tawaran si bapak itu dan gag sabar untuk melihat sunrise di bukit “sikunir” yang dari cerita si bapak,  banyak turis yang datang untuk menyaksikan itu. Si ibu pun segera menyuruh kita untuk segera beristirahat karena jam 3 pagi nanti kita harus bangun untuk menuju ke bukit tersebut karena kalau telat, di bukit sana sudah ramai dan tidak kebagian tempat untuk mendapatkan spot terbaik (ceileh,, macem kita tukang poto profesional aja dah si ibu ini. Banter kita tuh bawa camera yang masih VGA). Jam 3 teng si ibu membangunkan kita untuk segera bersiap-siap ke bukit sikunir itu dan gue kira tempat itu bisa di jamah dengan mobil, ternyata kita harus mendaki bukit itu yang tingginya lumayan tinggi setinggi bukit sikunir. Walaupun gue gag tau seberapa derajat suhu disitu, tapi gue perkirakan suhu disana mencapai 5 derajat celcius. Bener-bener dingin yang sangat teramat dingin yang pernah gue rasain. Nafas sudah pengap-pengap di tambah jalan yang licin dan terjal, baru setengah perjalanan kita pun istirahat sejenak. Di tempat itu si markybo menandai tempatnya dengan kotoran yang sudah seharian tersimpan di perutnya karena dia sudah gag tahan menahan rasa mulesnya, si apoy pun seperti curut yang sudah kehabisan napas, yang terhebat memang si cimet, walaupun orang itu hanya memiliki otak yang paling kecil nan bolong-bolong, tapi doi kuat hanya mengenakan kaos lengan pendek dan celana pendeknya, maklumlah doi belum berevolusi sempurna menjadi manusia. Perjalanan pun di lanjutkan kembali karena takut di atas bukit tersebut sudah di sesaki oleh para turis seperti yang di ceritakan si bapak dan ibu yang belum diketahui namanya itu. Sesampainya diatas bukit sikunir itu, ternyata memang banyak turis namun turis lokal (DAMN...!!!) gue sempet berpikir si ibu dan si bapak di rumah itu sekarang lagi senang bukan main dengan mengatakan “hore,,, 8 orang bodoh kena tipu,,,  yessss” sambil berlari di sekitaran balai desa. Tapi bener-bener amazing dengan keindahan di atas bukit sikunir itu, gunung merapi pun terlihat sungguh dekat dan matahari pun mulai menampakkan tubuhnya di sela-sela gunung.  Jujur gue baru pertama kali menyatakan cinta, opsss maksudnya melihat sunset seindah itu dan kita pun gag mau kehilangan moment indah tersebut dengan poto-poto (lumayan buat di upload fb dan twitter *tetep jadi abg labil*). Ternyata sunset itu bener-bener cepet keluarnya hanya hitungan detik untuk menampakkan keseluruhan tubuhnya itu, perasaaan kalo nunggu gaji tuh berasa lama bener dah  (FAKK). Sesudah matahari terbit pun kita gag langsung meluncur kebawah dan memuaskan diri untuk berpoto ria dengan pemandangan yang sangat menakjubkan disertai berbagai gaya yang gag akan ada habisnya seperti air yang mengalir. Dari bukit sikunir itu kita menyempatkan diri untuk berwisata ke tampat kawah belerang yang baunya sungguh menyerbak seperti jamban yang mampet akan kotoran serta telaga hijau yang isinya terdapat gua-gua peninggalan nenek moyang kita. Sungguh liburan yang sangat menguras tenaga tetapi sangat menyenangkan dan membuat kita berfikir untuk selalu takjub akan ciptaan yang maha kuasa dan membuat kita berdelapan yang mempunyai otak sepadan dengan curut untuk selalu mengenang masa-masa indah dengan kebersamaan.

October 19, 2012

Negeri Hewanusiaria - part 2




On October 19, 2012

Dan si pida pun berkata “gue lagi sakit hati nih. tadi waktu gue lagi nyemilin wortel di kebun gandum, ada segelintir semut rang-rang buduk yang ngetawain gue dan katanya badan gue ga mantep.  padahal gue ngerasa badan gue udah oke nan bohay banget” dengan terus nyemilin wotel sekeranjang yang dibawanya. Sambil menahan mules, ketiga temannya itu tetap menunjukkan keteguhan hati mereka untuk tetap menjaga perasaan pida dengan memposisikan muka meraka kedalam tanah sambil mengeluarkan seluruh isi perut mereka yang belum terolah menjadi daging beserta tenaga. Tiba-tiba kepala sanyip yang lonjong bagaikan telur ayam desa lebih dulu muncul dan berkata “sabarlah pid, karena memang itu kenyataannya”. Muka si pida berubah seketika, hidungnya mekar seperti bunga bangkai, matanya merah seperti marus dan giginya ditumbuhi oleh jamur hijau yang dihinggapi oleh belatung tanah dan teriak “AKUH BENCIH KAMUH NYIPPP,, JANGAN DEKATI AKUH LAGIH KECUALI BAWA WORTEL SEKARUNG” sambil berlari kearah rumahnya yang terbuat dari kayu jati yang berumur lebih dari seratus abad. Si sanyip pun bingung dengan apa yang telah di ucapkan pida si kelinci gemuk itu dan menanyakan kepada kedua temannya itu “lah,, kenapa si pida? Emang gue salah ngomong yah?”. Dengan wajah yang lugu dengan pemikiran dewasa, si nyonyo berkata “iya yah, kok si pida teriak-teriak sambil lari-lari kaya orang kecepirit yah. Ah,, lagi mules kali tuh, biarin aja deh semoga pembuangannya lancar, aminn”. Tukuwl pun menyanggah pernyataannya nyonyo itu “bukan kali nyo, lw ga inget apah kalo hari ini kan hari terakhir pendaftaran calon ratu sejagad. Mungkin dia buru-buru pulang buat istirahat”.  Dengan senyuman nyonyo berkata “oh, iya yah. Yuk ah kita lanjut nyanyi lagi, biar suatu saat nanti kita bisa jadi penyanyi yang handal dan bermanfaat” *sungguh yah, kedua orang ini bener-bener ga jelas adanya*. Mereka pun melanjutkan aktifitas yang tertunda.  Tak berapa lama kemudian lewatlah si “udank” seekor udang yang berwarna kuning keperakan dengan perawakan kurus seperti ranting pohon kesemek , dia menyapa ketiga makhluk aneh itu “hey sobat, seru nih kayanya, boleh dong gue join” dengan senyumnya yang terlampau jauh dari arti kata keasyikan. Tukuwl pun dengan gayanya yang sok asyik “woiy dank, kemane aje luh. Ayok lah gabung, jangan begadang mulu makanya, nanti diomelin bang rhoma” *bener kan, si tukuwl ini bener-bener orang yang gak  nyambung*. “iya dank, kemari lah, udah lama kan kita ga ngumpul bareng” lanjut si sanyip. Dengan mata berbinar-binar disertai kilauan cahaya gerhana martahari yang terbenam, si udank berkata “kalian baik banget sih sama gue. Gue ga tau harus berkata apa sama kalian. Mungkin hanya kata ‘love u all’ yang pantas gue sandangkan pada kalian” *deuh,, kenapa ni orang lebay gila dari yang lainnya*. Dan beberapa saat setelah si udank mengeluarkan kata-kata itu,,,,,,,, *bersambung*

February 14, 2012

Negeri Hewanusiaria - part 1


On February 13, 2012

Di sebuah planet yang berisi air, tanah ataupun bebatuan layaknya seperti bumi, memiliki segelintir makhluk aneh yang tidak tahu asal-usulnya. Entah mereka itu diciptakan dari batu yang menikah dengan air, tanah yang bercinta dengan batu namun berselingkuh dengan air, ataupun air yang bermetamorfosa menjadi tanah dan mengeras menjadi batu. Tapi makhluk itu memiliki jiwa kemanusihewanan yang bersatu membuat negeri yang mereka namai dengan “Negeri Hewanusiaria”.

Selain tidak tahu asal-usulnya, bentuk dari merekapun aneh  namun memiliki akal pikiran yang mungkin bisa dikatakan “jenius” tingkat rendah dari akal yang memiliki kasta paling rendah. Dalam menjalani kehidupannya itu, mereka selalu belajar tentang suatu rahasia yang belum terkuak di negeri itu. Belajar, belajar dan terus belajar dari apa yang sudah mereka alami. Tidak ada politik seperti halnya di palnet bumi yang selalu menjerat antar manusia itu sendiri, entah dengan alasan untuk kepentingan bersama namun dibalik semua itu, hanya kepentingan tertentulah yang memiliki kebaikannya. Tak ada pula konspirasi  yang dapat membuat segelintir orang menjadi nista dalam menjalani kehidupannya. Negeri Hewanusiaria ini menjalani kehidupan dengan apa adanya dan selalu bersatu untuk menjadikan satu pemikiran yang baik untuk semuanya. Tidak ada presiden, tidak ada menteri, tidak ada pula undang-undang yang sebenarnya dibuat untuk dilanggar. Yang mereka tahu hanyalah berbuat baik untuk dilakukan dan tidak adanya kerugian untuk orang lain karena tidak mengenal aturan yang biasanya tertulis bagaikan tuhan, harus patuh dan tunduk dengan itu semua. Mereka belajar bersama dan selalu bersama-sama untuk memecahkan masalah yang ada pada negeri itu.

                                                      ----- Part 1 ------

Seekor curut sawah yang bernama “sanyip” sedang asyik bernyanyi bersama “nyonyo” si marmut buduk di bawah pohon binong yang menjulang tinggi nan indah di sertai angin semilir yang terasa sangat sejuk. Mereka berdua menyanyi layaknya superstar dari gunung kidul.
Disela-sela keriangan itu, datanglah “tukuwl” seekor monyet bongsor yang bulunya keriting permanen Sambil membawa pisang, dia pun menyapa dengan gaya kaku plus muka cengengesan “hey nyip, nyo,, lagi asyik nih kayanya,, ikutan rumpi dong, BT nih aye di rumah. Mana rambutan belum panen, ehhh,,, aye di tolak juga sama betina di sebelah rumah. Apes banget deh”.
Dengan hati sedikit kesian, si sanyip pun berkata sambil memegang kacamatanya yang melorot karena hidungnya kecil seperti kutil “ya elah,, nimbrung aja kalee. Lw kan orangnya asek, dan kita pun asek. Jadi kita sama-sama asek”.
nyonyo pun langsung nyeletuk dengan rambutnya yang tandus serta suaranya bagaikan kegencet gedung bertingkat tinggi “iye kuwl,, gabung aja kalee, ga perlu ngerasa ga enak gitu walaupun muka lw udah ga enak dilihat, tapi kita tetep bisa tahan kok”.
Merekapun melanjutkan keriangan di siang bolong itu.

Tiba-tiba lewatlah “pida” seekor kelinci gemuk disertai bulunya yang warna-warni bagaikan pelangi yang lagi arisan, dengan raut wajah yang sedikit kusam seperti habis di lulur dengan batu karang.
Si nyonyo pun berkata “eh,, itu si pida kenapa, kok mukanya tambah jelek yah?”,
tukuwl pun langsung manggil “woiyy,, pid,, pida,, lw pida kan?, gue tukuwl dong”. Duhh,, si tukuwl ini memang terkadang orang yang ga penting.
Dengan sigap, sanyip pun langsung menghampiri si pida “kamu kenapa pid ? kok mukanya jelek gitu, opss maap, Sedih maksudku”.
Si pida pun diam dan ga menjawab atas pertanyaan-pertanyaan dari teman-temannya yang bodoh itu, dia terus diam, diam dan terus diam walaupun sementara dengan kediamannya itu, ternyata 3 temannya itu malah asyik untuk melanjutkan keriangannya dan terdengar begitu riuh seperti suara tukang obat yang sedang mendemonstarikan produknya itu di tengah lapang. 
Dan si pida pun bergumam dengan suara yang ga kalah kerasnya dari paduan 3 suara temannya itu “hehh,, gue kan lagi sedih, kok kalian malah asyik nyanyi-nyanyian sih. Kalian tuh emang ga pernah mengerti gue sedikitpun” *suasana pun hening seketika*. lalu nyonyo berucap “lahh,, tadi kan udah ditanya sama sanyip, tapi lw nya kan malah diem aja. Ya,, kita kan ga mau bingung, jadi lanjut nyanyi deh, hehe”. 
Dengan muka yang makin bringas si pida berkata “ihh,, masa lw ga ngerti sih. Gue kan masih pengen terus di perhatiin. Masa, dengan gue yang masih diem,, kalian langsung nyerah begitu aja sih. Dimana rasa peduli kalian hahh?” *ketiga temannya pun langsung diam menahan muntah*, lanjut pida “gue lagi sakit hati tau,,”
Dengan lantang dan gagah berani bak kesatria, si sanyip berkata “SAKIT HATI KENAPA???”. Si pida pun diam lagi dan sepertinya berat sekali dengan apa yang akan dia ucapkan.
Waktu terus berputar, pohon-pohon bergerak mengikuti arah angin dan langit pun terasa mencekam. Akhirnya bibirnya pida pun mulai bergerak terbuka, terbuka dan terus terbuka dan ternyata dia hanya menguap ngantuk saja. Dan tak lama kemudian dia berkata,,,, *Bersambung*

February 1, 2012

3 Minggu yang terasa mencekam (Trainning Militer)


On February 1, 2012


Teringat waktu pertama kali masuk ke sebuah dunia pekerjaan yang sesuai dengan jurusan gue. Ya telekomunikasi… karena di sekolah dulu, kebetulan gue masuk sekolah telekomunikasi yang ada di bilangan Jakarta barat. Dan kebetulan juga, gue bersepuluh dengan tampang yang masih pada unyu dan charming dengan satu almamater (Sembilan orang satu angkatan tapi berbeda jurusan dan seorang satu angkatan di atas gue) masuk ke sebuah perusahaan yang sama, dimana kita telah menjalani tes bersama sebanyak tiga kali, mulai dari interview yang isinya tanya jawab seputar bidang yang nantinya digeluti dengan pelajaran yang telah kita timba di sumur *bukan,, sekolah maksudnya*, tes psikotes yang mencoba menilai kemampuan otak kita yang kecil dan bolong-bolong dan tes kesehatan. Kita bersepuluh dinyatakan lulus dari beberapa kandidat yang “mungkin” banyak mencoba peruntungan itu dan harus menjalani trainning yang akan diberikan oleh perusahaan itu, yakni training kedisiplinan (militer) dan training akademis.


Pada hari minggu kita disuruh datang ke sebuah tempat di bilangan condet – Jakarta timur dan kayanya sih nama tempat itu “Rindam jaya”. Gue bertujuh yang satu jurusan waktu disekolah dulu, berangkat bersama dengan ketemuan di depan sekolah dengan di antar oleh bapaknya si tesen teman gue yang keturunan batak tapi terkadang otaknya menghilang sehingga gak nyambung kalo kita sedang membahas sesuatu, dan karena kita tidak tahunya tempat tersebut. Ternyata bapaknya pun ga tahu tempat itu, alhasil kita nyasar-nyasar ke dalem lubang semut sambil di kejar oleh waktu yang sangat mepet kaya bajaj yang selalu menyalip di sela-sela kendaraan lain pada jalan yang lancar. Karena bapaknya si tesen itu orang batak dan terlihat sekali “keras” namun baik hati seperti peri yang turun dari angkot, beliau mengendarai mobil tersebut dengan melaju yang lumayan pelan tanpa menggunakan rem dan gas pun terus di tancap seperti naik halilintar di dufan. Setelah kita sampai ke tempat itu, kita pun masih bingung untuk pintu masuknya disebelah mana, karena pintu utamanya itu bukan untuk umum dan khusus untuk para gelandangan yang datang dari tempat peperangan *sorry, para perwira TNI maksudnya*. Akhirnya kita menemukan pintu masuk tempat itu yang terletak ± 200 meter dari pintu utama tersebut. Tapi kita bertujuh kaget dengan teriakan bapaknya si tesen yang mengucapkan “jangan keluar dulu, nanti kita di tembak”, suara itu terdengar dengan gemuruh seperti perang yang berlangsung di afganistan, tapi pintu belakang mobil sudah terlanjur terbuka oleh si bagong dan ternyata ga ada peluru atau bom atom yang menghampiri kita. Datanglah seseorang yang berpakaian loreng-loreng  layaknya rumput yang berserakan untuk menghampiri kita dan dia bertanya “ada keperluan apa?”, dengan sigap dan sedikit takut, bapaknya tesen menjawab “anak-anak ini ingin mengikuti training yang diadakan dari perusahaan (sebutlah PT.IT)”, dan kita di persilahkan masuk lalu di giring layaknya sebuah bola ke sebuah ruangan aula. 
Sambil menunggu para komandan dan teman-teman datang, kita pun melihat ada dua orang yang berkepala botak plontos. seketika kita pun menertawakan mereka karena si somay nyeletuk “saolin darimana tuh?”. Dan seketika terhenyak hening ketika beberapa komandan datang dan member salam kepada kami dengan tubuh yang loyo *baca : tegap*. Lalu ada beberapa orang yang memberi kita satu persatu ember yang berisikan keperluan kita selama disana dan beberapa seragam lengkap beserta seperangkat alat shalat di bayar tunai. Salah satu komandan berkata “lepas pakaian preman..!!!”, kita semua bingung dan gue pun marah di dalem hati dan berkata “apa pula yang diucapkan orang ini, kita semua berpakaian sopan kok karena semuanya menggunakan kemeja dan rapih pula”, akhirnya kita tersadar apa yang di ucapkan komandan itu dengan apa yang dia maksud itu, ternyata selain pakaian seragam maka pakaian itu bernama “preman” *ohh,, gajebo lohhh,,*. Dan lebih kejam lagi, dia menyuruh kita untuk mengganti pakaian di ruangan itu *” apa nih, kenapa kita disuruh ganti di ruangan ini, emangnya ga ada kamar ganti?” (dalem hati gue). Dengan terpaksa kita pun menggantinya di ruangan itu dengan muka lemes kaya mau dipermainkan oleh para muka lalat.  Kita seperti anak yang baru bisa belajar untuk memakai pakaian karena mereka mengajarkan bagaimana cara yang benar memakainya, terlebih pakaian itu ternyata pakaian yang sering dipakai olah para hansip yang setiap malam menjaga komplek atau menjaga ketertiban di sebuah acara pernikahan. Selesai semuanya itu kita yang datang dengan potongan kepala  botak karena memang di sekolah dulu rambut tidak boleh lebih dari 2cm, di suruh cukur kembali karena kata mereka rambut kita itu panjang, *oh nooo,, maksudnya apa juga nih, kita udah pada botak kok malah disuruh cukur lagi*. datanglah seorang bapak-bapak tua yang memakai tongkat kera sakti yang biasa mencukur di tempat tersebut untuk mengkanibalkan mahkota kita itu terkecuali 2 orang yang sebelumnya kita tertawakan *ternyata karma itu memang ada*. Baru pertama kalinya gue merasakan hidup tanpa se-ekor rambutpun yang muncul untuk menggoda para kaum hawa dan akhirnya selesai juga semua temen-temen gue di plontos tanpa belas kasihan. Setelah itu ajang pencarian ketua tim pun datang, satu persatu kita disuruh berjalan seperti layaknya robot dari pedalaman Jakarta. Pertama yang di suruh itu si radi dan karena badannya yang tinggi tapi cungkring serta jalannya yang gak layak kaya robot pun gagal. satu persatu terus bergulir sampai pada akhirnya si cahyo yang maju. ketika dia mulai melaju jalannya itu, kita semua ga bisa menahan ketawa karena sebenernya dia itu bener-bener mirip seperti robot yang dicari itu, namun terlebih kaya robot maka dia pun gagal. Hampir putus asa dan kita menoleh ke si said, karena dulu di sekolah dia salah satu anggota paskibra. Komandan pun langsung memanggil “said” dan saidpun menjawab “ya,, OM”, seketika kita semua ketawa bugil sambil lari-lari di jalan raya. Komandan yang terlihat menahan ketawa tapi tetap sok cool menegur dia dengan suara yang keras “kapan saya kawin sama tante mu?, disini tidak ada yang boleh memanggil om, pak, apalagi kek. Kalian harus memanggil dengan sebutan komandan atau ‘dan’ saja”, lalu apa yang terjadi? Ternyata baru satu langkah, komandan pun menyuruhnya berhenti dan berkata “jalan apa itu, masa loyo kaya gitu”. karena si said merupakan orang yang cukup berkepala batu dia pun berkata “itu yang diajarkan dulu oleh para Pembina paskibra om,, eh,, ‘dan’ ”, kita pun hanya ketawa-tawa saja dan akhirnya pun ketua di nobatkan kepada muji (salah satu 2 orang yang tadi kita tertawakan karena mirip saolin) karena kata komandannya dia lumayan dari pada yang lain (gue berpikir mungkin karena perawakan dia yang serem :p). waktu pun menjelang magrib dan kita di suruh ke barak (sebutan tempat dimana kita akan tinggal dan istirahat nantinya), gue merasa lega karena bisa beristirahat sampai besok pagi. Dan ternyata kita hanya dikasih waktu 15 menit untuk melaksanakan mandi dan sembahyang (hahhh,,, dirumah aja gue di suruh istirahat sama bonyok. Ini ga tau apa lagi yang akan dilakukan nantinya). Setelah itu kita di suruh makan malam dan ternyata banyak banget aturan yang harus kita jalani selama berada disana nantinya. Seperti sebelum masuk ruangan makan kita harus mengetuk pintu terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan berkata “MASUK..!!!” dan itu pun ga boleh langsung masuk sebelum komandan mempersilahkannya. Ketika makan datang pun kita harus menunggu semuanya mendapatkan jatah makanan yang rasanya kaya makanan kucing kampung, dilanjutkan dengan membaca doa bersama di dalem hati. Ketika makanpun kita harus tegap dan ga boleh bersandar pada bangku dan ga boleh bersuara walaupun dentingan sendok ke piring atau pun gigi yang kaya drakula ini, serta makanpun ga boleh tersisa sedikit pun dan hanya diberi waktu selama 10 menit. Di dalam acara makan itu pun, merupakan ajang untuk mengisi air minum yang akan kita taro ke dalem tempat minum yang nantinya akan kita bawa kemanapun kita pergi yang bergantung di sabuk pinggang. Setelah makan malam selesai dan sepertinya belum berproses di dalem perut ini, kita di suruh lari mengitari lapangan sepak bola sebanyak 2 kali dengan berbaris rapih. Selesai lari pun kita disuruh kumpul di sebuah lapangan bulu tangkis dan setelah itu mendengarkan aturan apa aja yang harus dilakukan selama disana dan dilanjutkan dengan lari yang tiada henti. Sampai akhirnya jam 10 malam kita di suruh  istirahat di barak, tetapi harus ada 2 orang yang jaga dan ga boleh tidur, (gue berpikir buat apa sih, gila aja kalo ada maling yang berani masuk sini, mau mati dengan sia-sia?). akhirnya kita yang beranggotakan 15 orang, bagi-bagi jatah jaga selama 1 jam sekali, dan karena ganjil, maka ada salah satu tim jaga yang bertiga. Dari jam 10 malem sampai 5 pagi, pas dengan tujuh tim yang ada. Jam 5 itu, kita harus udah siap memakain pakaian olah raga dan berolah raga sampai jam ½ 6 pagi, setelah itu mandi dan mengganti pakaian hansip untuk bergegas ke lapangan untuk memungut para sampah yang tergeletak di beberapa penjuru lingkungan dan disana menyebutnya “Korvey”, sampai jam 6 pagi yang dilanjutkan dengan sarapan 10 menit dan dilanjutkan “korvey” lagi sampai jam 7 yang akan berlangsungnya apel pagi (seperti upacara rutin yang setiap hari harus dilakukan). Apel pagi berlangsung selama ½ jam dan dilanjutkan dengan aktifitas yang bener-bener menguras tenaga sampai pada malam hari.

Hari pertama itu kita dikumpulkan di ruangan aula karena ada acara penyambutan dari kepala perusahaan kita dan kepala dari tempat training yang ngerasa seperti tempat penindasan orang-orang yang ga berdosa dan berwajah unyu seperti gue ini. Karena gue dan salah satu temen gue merasa ga enak badan, maka kita berdua meminta ijin untuk istirahat (alih-alih supaya ga ikutan acara itu dan berpikir rendah supaya hari ini bebas dari bahaya yang udah dibuat oleh para komandan itu), kita berdua (gue dan dafi) di giring ke sebuah tempat peristirahatan yang disana terdapat obat dan alat medis seperti apotik dan kita langsung di bawa ke barak. Setelah di barak gue merasa lega (yesss,,, akhirnya bisa berleyeh-leyeh sama kasur yang baunya apek dan ga layak untuk ditiduri tapi gue harus membiasakan dengan terpaksa untuk bercinta dengan kasur itu). Satu jam sudah terlewati di dalam mimpi dan tiba-tiba komandan itu membangunkan gue dari mimpi dan berkata “sudah sembuh belum?” (gila,,, kalo lagi sakit di rumah aja gue bisa minta ijin dari sekolah selama 2 hari, ini baru sejam tapi udah di suruh sembuh. Sakti kali nih orang). Dengan terpaksa, gue dan dafi kembali gabung bersama lainnya dan ternyata kita ber 15 di suruh lari mengelilingi rute yang udah di buat, bersama-sama para ABRI yang sedang menjalankan pendidikan, kita pun mengikuti acara itu. Kita di suruh mengelilingi rute yang bener-bener gila, mulai melewati komplek sampai sungai yang berada di sekitar daerah tersebut dengan memakain peralatan lengkap dan berat seperti helm baja yang bisa ngebuat anjing mati karena di lempar helm itu dan sepatu ABRI yang kalo di lindes sama truk, pasti ancur. Setelah melewati rute itu, akhirnya kita sampai pada lapangan tempat dimana kita biasa menjalankan aktifitas. Di tengah lapang yang cuacanya bener-bener terik, kita makan siang dengan disajikan makanan yang mereka menyebutnya “bubur rindam” (makanan yang ga jelas asal-usulnya di tambah semangka yang harus di campur ke dalam makanan itu dan kulit semangkanya harus di taruh di atas kepala. Sambil kita makan makanan itu, semangka pun ga boleh jatuh ke bawah karena mereka menganggap kalo makan haruslah terus tegap). Ga sampai disitu sajiannya, masing-masing helm baja kita harus di taruh di sebuah tempat dan ketika kita sedang makan, terdengarlah peluit yang melengking dan kita harus berlari ke tempat dimana helm baja tersebut ditaruh dan balik ke tempat makan dengan merayap (sinting kali nih komandan, masa kita makan diselingi dengan gerakan lari dan merayap), alhasil beberapa dari kita pun ada yang muntah dan untungnya komandan itu ga tega untuk menyuruh muntahan makanan itu masuk kembali kedalam mulut terus ke dalam perut.


2 minggu pun sudah terlewati dengan aktifitas rutin yang ada, mulai dari olahraga lari, karate, sampai belajar akademis. Dan sisa waktu masih satu minggu, ternyata 1 minggu itu akan di lakukan di gunung salak. Gue merasa lega karena akhirnya keluar juga dari kandang singa ini dan berharap akan merasa lebih menyenangkan di gunung itu. Ternyata ga sesuai dengan harapan gue, dari pertama berangkat yang menggunakan truk TNI yang kita didalemnya berasa seperti tahanan PSK yang akan di giring ke sel tahanan, kita pun melakukan sesuatu yang udah di rencanakan oleh para komandan itu. Mulai dari manjat tower dengan ketinggian yang bisa membuat jantung berdetak normal, sampai berjalan beribu kilometer menelusuri jalan yang berliku serta menanjak. Jadi inget waktu kejadian yang dulu aklo dirasa itu amat kesel tapi bener-bener hal yang lucu, ketika salah satu temen gue yang namanya bagong itu datang dengan diantar tukang ojek sambil melambai-lambaikan tangannya bak Ms World ke arah kita yang sedang bercanda gurau dengan para komandan.  Seketika kepala komandanpun berkata “darimana kamu?” dengan tampang ga tampan maupun ganteng bagong pun menjawab “dari bawah ‘dan’, abis ke wartel. Udah lama saya ga menghubungi keluarga saya”. Kita pun tertawa dan seperti biasa, hal itu ga akan berlangsung lama dan seketika kitapun terhenyak dengan raut wajah kepala komandan itu, yang langsung memarahi komandan dibawahnya itu. Alhasil kitapun kena imbasnya karena TNI itu menganut paham “jiwa korsa”, dimana kalau ada salah satu yang salah, maka semuanya pun akan terkena hukumannya. Pada malam hari yang dinginnya bisa membuat hati yang galau ini beku, kita semua todak boleh mengenakan baju disuruh baris lalu dilanjutkan dengan tangan kebelakang (seperti istirahat ala paskibra) dan kepala pun harus menyentuh tanah (gue jadi teringat gaya jet lee pada sebuah pilem yang lagi di omelin sama ibunya), gaya itu berlangsung selama ½ jam dan dilanjutkan dengan nasehat komandan sampai larut malam. Tapi ternyata komandan itu memiliki rasa yang adil, maka bagong sang tersangka pun di suruh nyebur empang tempat pembuangan terakhir para kotoran hewan dan mengucapkan “saya tidak akan mengulangi lagi”. Dan terakhir dari penindasan itu berujung pada acara malam yang di suruh berjalan sendiri mengikuti rute yang udah ada, melewati pos-pos yang sudah disiapkan. acara itu begitu mencekam karena di gunung telihat sangat gelap dan udarapun bener-bener dingin yang menggalau.


Akhirnya kita semua melewati itu semua dan kalau di ingat-ingat lagi, terasa seperti kenangan yang gak akan pernah dilupakan. Pelajaran yang bisa dipetik dari training militer itu adalah bagaimana kita harus memiliki jiwa yang kuat dengan didasari kedisiplinan yang sudah diajarkan para komandan itu, hidup dengan lingkungan bersih dan bagaimana kita bisa mencintai alam yang sebenernya mereka akan melindungi kita jika kita benar-benar merawat mereka serta bagaimana kita bisa hidup bersosial karena di dunia ini kita gak akan bisa hidup tanpa adanya bantuan orang lain. Berbuat baiklah jika ingin merasakan kebaikan orang lain dan sayangilah sekeliling lw itu seperti lw mencintai diri lw sendiri karena apa yang akan lw tanam itu, maka itulah yang akan lw tuai nantinya. *benerin dasi*