June 3, 2013

ke Puncak Dieng, Jawa tengah



On June 3, 2013 

Tepat pagi hari sabtu di bulan mei 2013 entah itu sabtu pon, pahing, wage, kliwon atau baygon pokoknya hari itu hari sabtu, gue olahraga sepeda keliling kota yogyakarta (padahal keliling keraton) bersama temen gue yang gembul sebutlah namanya markybo, namanya memang marky karena badannya lebih besar di antara temen-temen gue makanya kaya kebo (gag nyambung yah? Yaudah gag usah di bahas. Ribed amat sih, amat aja gag ribed kaya cimet. Nanya cimet siapa lagi? Nanti juga tau sendiri). Kebetulan nyokap gue yang tampangnya gag setampan gue, lagi ada acara gathering dari kantornya di jogja, jadi sebisa mungkin dan sekuat tenaga gue yang kalo di timbang cuma seberat upil campur daki, nyempetin ketemu doi di daerah alun-alun lor (tau lor? Lor itu lawannya kidul. Kidul tau gag? Gag tau? Yaudah ke jogja aja ketemu gue. Untuk cewe-cewe yang masih single, gag usah ragu direct message gue di fb /irul.rizal atau twitter @irulrizal *skalian modus*).  Maklum udah sebulan lebih gue ngerantau di kota jogja ini dan sama sekali belum ketemu nyokap gue yang cantik (biar keliatan anak yang berbakti), disitu gue gag sempet kangen-kangenan sama beliau karena doi juga udah gag peduli sama gue dan kayanya dia mau puas-puasin main di jogja sama temen-temennya (gag apalah, setidaknya di kontak hp nya masih nyimpen nomor gue dengan nama “anakku abang”, entah abang mana, abang-abang sayur langganan die kali, ah biarin ajah yang penting masih inget gue. TITIK). Sehabis ketemu nyokap gue itu kita (gue sama markybo) lanjut nyari makan sisaan orang, yang penting hari ini bisa makan apalagi gratis berarti tuhan masih sayang dan peduli sama kita. Waktu sudah menunjukkan pukul 8.30 pagi dan kita berencana untuk pulang  dan bersiap-siap untuk pulang ke kosan masing-masing karena sehari sebelumnya kita udah janjian untuk jalan-jalan ke tempat yang belum tau pastinya kemana yang penting jam 9 pagi kita berkumpul di kosan salah satu temen kita di pojokan pojokusumo. Oya lupa, itu sepeda baru loh, sepeda yang bisa di lipet, keren kan, ye kan, keren dong, iya dong (norak dikit lah). Sesampai di kosan, gue pun langsung bersih-bersih badan yang kata orang sih propor (mau muntah yah? Muntahin aja, gapapa kok) dan bersiap-siap karena gag enak aja sama yang lain karena udah janji jam 9 ngumpul di kosan temen gue itu. Setelah badan gue wangi semerbak bunga bangkai, gue berinisiatif untuk menelepon temen gue itu yang bernama apoy (anak lepoy), cua (cumi amis) dan kiko (riski kondom) karena entah kenapa perasaan gue gag enak seperti orang yang lagi mules (ya benar,, gue ternyata mules pingin boker karena tadi lupa belum nabung di jamban) dan akhirnya selain karena belum boker, mules itu ternyata karena si apoy dan temen-temen yang lain masih pada tewas di kasur (huasemmm,,, gue udah tampan kaya cok simbara, mereka masih kaya kucing abis macul), akhirnya gue menunggu dengan wajah yang tetap tampan (bacanya gag usah jadi nampan). Sekitar jam sebelas, mereka sudah siap tapi tetep belum makan (akhirnya gue nungguin mereka makan dengan wajah yang tampan permanen juga). Oyaa,, lupa lagi, kosan gue itu di bilangan taman siswa jalan permadi itu loh (kalo gag tau direct message lagi aja gue di fb dan twitter tadi, tapi harus cewe yang masih single yah). Setelah azan lohor berkumandang, kita baru mulai perencanaan kemana kita akan liburan weekend ini, setelah berembuk satu jam lamanya kita memutuskan untuk jalan-jalan ke daerah dieng jawa tengah (padahal diantara kita belum tau kesana itu membutuhkan berapa lamanya, bagaimana rutenya, hanya tau disana itu ada candi dieng. Titik). Kebetulan kita di jogja ini mendapatkan jatah kendaraan plus driver, tapi karena lebih seru beramai di perjalanan, kita memutuskan untuk memakai satu mobil dan satu driver aja yakni drivernya si apoy sebut saja namanya pak tri dan dia pun belum pernah ke daerah dieng tersebut. Perjalanan di mulai jam 1 siang, dan ternyata macettttt (baru inget kalau hari libur itu di jogja pasti macet dan baru inget ternyata kita berdelapan termasuk pak tri yang aslinya orang semarang  itu belum mengerti seluk beluk kota jogja, cocok dah),  Sekitar jam 2an baru lolos dari kota jogja. Baru 2 jam perjalanan aja kita baru sampai di kota magelang dan kita gag mau kelewat untuk merasakan makanan khas kota tersebut, yak benar “kupat tahu magelang”. lumayan lah sambil mengisi perut gue yang baru ke isi pagi, sekalian meregangkan kaki yang selalu menekuk selama perjalanan itu (maklum 1 mobil berisi 8 orang, mau gag mau harus mau tuh kaki di tekuk kaya ayam lagi sakit).  Setelah amunisi perut dan kantong terisi, lanjutlah perjalanan kita ke daerah dieng tersebut. Kira-kira jam 5 sore kita sudah masuk di daerah wonosobo dan di sambit hujan deras di sertai kabut yang menghalangi jarak pandang kita untuk melihat gadis-gadis yang biasanya ramai di alun-alun wonosobo itu, apa mau dikata kita cuma bisa gigit jempol kaki sendiri. Setengah jam berlalu kita beristirahat di tempat yang namanya “gardu pandang tieng” yang ketingiannya mencapai 1789 m di atas permukaan laut (itu siapa yang ngukur yah, mugkin meterannya di sambung-sambungin, whatever lah). Ternyata udara disana sejuk banget, saking sejuknya semua badan menggigil kedinginan dan entah kabar pwliharaan gue di dalem kancut, mungkin sudah mengkerut (gag usah di bahas yah). Untungnya disitu ada tempat makan yang menjual minuman hangat yang lumayan untuk menghangatkan tubuh dan disediakan selimut untuk melindungi tubuh yang propor ini dari sengatan dingin. Hanya beberapa yang membawa jaket dan biasanya aja gue di jogja yang panasnya lumayan menyengat, selalu memakai jaket atau sweater, kali ini gue lupa membawa itu semua, alhasil bener-bener menderita dengan kekhilafan itu. Satu jam sudah kita beristirahat di tempat makan itu dan kita tetap melanjutkan perjalanan ke candi dieng itu karena penasaran dengan tempat itu walaupun hujan masih belum juga reda dan langitpun sudah berubah menjadi gelap gulita. Sesampainya di wisata candi dieng yang dinginnya semakin menyengat saja, kita cuma bisa melihat candi-candi yang ada disana dengan menggunakan senter yang ada di hp esia hidayah. Karena tidak kuat dengan dinginnya yang semakin lama semakin mencekan, kitapun yang tidak siap membawa perlengkapan jubah penangkal dingin, segera membeli jaket yang setidaknya masuk dalam kategori lumayan untuk mengusir semua sambaran rasa dingin itu yang memang terlihat berniat untuk menyengat tubuh kita. Semuaya masih penasaran dengan tempat-tempat wisata yang ada di daerah tersebut dan sungguh sangat disayangkan dengan perjalanan yang jauhnya lumayan menguras tenaga jika tidak poto-poto (kaya anak abg labil, kemana-mana harus poto), kebetulan kita teringat tawaran si ibu yang namanya tidak diketahui (yang punya tempat makan tadi itu) untuk beristirahat di rumahnya yang jarang di tempati olehnya dan keluarganya, dengan sinyal yang hidup segan matipun tak mau, rewok (reja ewok) menelepon si ibu itu untuk menyetujui tawarannya. Sambil menunggu, kita semua makan jagung bakar, kentang goreng dan minuman penghangat khas daerah tersebut serta senda gurau diantara kita dan para penjual yang ada disana. Si ibu dan suaminya pun datang dengan mobilnya dan kita pun langsung meluncur mengikuti dia ke tempat peristirahatan itu. Sesampai di rumahnya itu, kita merasa seperti rezeki yang baru turun dari langit, kita di sajikan minuman penghangat dan di rumahnya pun di sediakan selimut serta kamar mandi yang ada air panasnya (walaupun ada air panas, tetep aja gag ada yang mau mandi seperti kambing yang takut dengan air), semua sedang bercinta dengan selimutnya masng-masing.  Si bapak sepertinya sudah bersih-bersih dan langsung menghapiri kita untuk bercerita tentang daerah disini serta menawarkan kita untuk melihat sunrise (tau sunrise gag? Kali ini gue berbaik hati untuk memberitahu kalian bahwasanya sunrise itu ialah lawam kata dari sunset. Sunset gag tau? Tanya aja Mr.nana guru bahasa inggris gue. Mau tau Mr. Nana? Yaudah message gue aja di FB dan twitter gue, tapi inget kudu cewe yang masih single yah). Kita pun sangat antusias dengan tawaran si bapak itu dan gag sabar untuk melihat sunrise di bukit “sikunir” yang dari cerita si bapak,  banyak turis yang datang untuk menyaksikan itu. Si ibu pun segera menyuruh kita untuk segera beristirahat karena jam 3 pagi nanti kita harus bangun untuk menuju ke bukit tersebut karena kalau telat, di bukit sana sudah ramai dan tidak kebagian tempat untuk mendapatkan spot terbaik (ceileh,, macem kita tukang poto profesional aja dah si ibu ini. Banter kita tuh bawa camera yang masih VGA). Jam 3 teng si ibu membangunkan kita untuk segera bersiap-siap ke bukit sikunir itu dan gue kira tempat itu bisa di jamah dengan mobil, ternyata kita harus mendaki bukit itu yang tingginya lumayan tinggi setinggi bukit sikunir. Walaupun gue gag tau seberapa derajat suhu disitu, tapi gue perkirakan suhu disana mencapai 5 derajat celcius. Bener-bener dingin yang sangat teramat dingin yang pernah gue rasain. Nafas sudah pengap-pengap di tambah jalan yang licin dan terjal, baru setengah perjalanan kita pun istirahat sejenak. Di tempat itu si markybo menandai tempatnya dengan kotoran yang sudah seharian tersimpan di perutnya karena dia sudah gag tahan menahan rasa mulesnya, si apoy pun seperti curut yang sudah kehabisan napas, yang terhebat memang si cimet, walaupun orang itu hanya memiliki otak yang paling kecil nan bolong-bolong, tapi doi kuat hanya mengenakan kaos lengan pendek dan celana pendeknya, maklumlah doi belum berevolusi sempurna menjadi manusia. Perjalanan pun di lanjutkan kembali karena takut di atas bukit tersebut sudah di sesaki oleh para turis seperti yang di ceritakan si bapak dan ibu yang belum diketahui namanya itu. Sesampainya diatas bukit sikunir itu, ternyata memang banyak turis namun turis lokal (DAMN...!!!) gue sempet berpikir si ibu dan si bapak di rumah itu sekarang lagi senang bukan main dengan mengatakan “hore,,, 8 orang bodoh kena tipu,,,  yessss” sambil berlari di sekitaran balai desa. Tapi bener-bener amazing dengan keindahan di atas bukit sikunir itu, gunung merapi pun terlihat sungguh dekat dan matahari pun mulai menampakkan tubuhnya di sela-sela gunung.  Jujur gue baru pertama kali menyatakan cinta, opsss maksudnya melihat sunset seindah itu dan kita pun gag mau kehilangan moment indah tersebut dengan poto-poto (lumayan buat di upload fb dan twitter *tetep jadi abg labil*). Ternyata sunset itu bener-bener cepet keluarnya hanya hitungan detik untuk menampakkan keseluruhan tubuhnya itu, perasaaan kalo nunggu gaji tuh berasa lama bener dah  (FAKK). Sesudah matahari terbit pun kita gag langsung meluncur kebawah dan memuaskan diri untuk berpoto ria dengan pemandangan yang sangat menakjubkan disertai berbagai gaya yang gag akan ada habisnya seperti air yang mengalir. Dari bukit sikunir itu kita menyempatkan diri untuk berwisata ke tampat kawah belerang yang baunya sungguh menyerbak seperti jamban yang mampet akan kotoran serta telaga hijau yang isinya terdapat gua-gua peninggalan nenek moyang kita. Sungguh liburan yang sangat menguras tenaga tetapi sangat menyenangkan dan membuat kita berfikir untuk selalu takjub akan ciptaan yang maha kuasa dan membuat kita berdelapan yang mempunyai otak sepadan dengan curut untuk selalu mengenang masa-masa indah dengan kebersamaan.

No comments:

Post a Comment