February 14, 2012

Negeri Hewanusiaria - part 1


On February 13, 2012

Di sebuah planet yang berisi air, tanah ataupun bebatuan layaknya seperti bumi, memiliki segelintir makhluk aneh yang tidak tahu asal-usulnya. Entah mereka itu diciptakan dari batu yang menikah dengan air, tanah yang bercinta dengan batu namun berselingkuh dengan air, ataupun air yang bermetamorfosa menjadi tanah dan mengeras menjadi batu. Tapi makhluk itu memiliki jiwa kemanusihewanan yang bersatu membuat negeri yang mereka namai dengan “Negeri Hewanusiaria”.

Selain tidak tahu asal-usulnya, bentuk dari merekapun aneh  namun memiliki akal pikiran yang mungkin bisa dikatakan “jenius” tingkat rendah dari akal yang memiliki kasta paling rendah. Dalam menjalani kehidupannya itu, mereka selalu belajar tentang suatu rahasia yang belum terkuak di negeri itu. Belajar, belajar dan terus belajar dari apa yang sudah mereka alami. Tidak ada politik seperti halnya di palnet bumi yang selalu menjerat antar manusia itu sendiri, entah dengan alasan untuk kepentingan bersama namun dibalik semua itu, hanya kepentingan tertentulah yang memiliki kebaikannya. Tak ada pula konspirasi  yang dapat membuat segelintir orang menjadi nista dalam menjalani kehidupannya. Negeri Hewanusiaria ini menjalani kehidupan dengan apa adanya dan selalu bersatu untuk menjadikan satu pemikiran yang baik untuk semuanya. Tidak ada presiden, tidak ada menteri, tidak ada pula undang-undang yang sebenarnya dibuat untuk dilanggar. Yang mereka tahu hanyalah berbuat baik untuk dilakukan dan tidak adanya kerugian untuk orang lain karena tidak mengenal aturan yang biasanya tertulis bagaikan tuhan, harus patuh dan tunduk dengan itu semua. Mereka belajar bersama dan selalu bersama-sama untuk memecahkan masalah yang ada pada negeri itu.

                                                      ----- Part 1 ------

Seekor curut sawah yang bernama “sanyip” sedang asyik bernyanyi bersama “nyonyo” si marmut buduk di bawah pohon binong yang menjulang tinggi nan indah di sertai angin semilir yang terasa sangat sejuk. Mereka berdua menyanyi layaknya superstar dari gunung kidul.
Disela-sela keriangan itu, datanglah “tukuwl” seekor monyet bongsor yang bulunya keriting permanen Sambil membawa pisang, dia pun menyapa dengan gaya kaku plus muka cengengesan “hey nyip, nyo,, lagi asyik nih kayanya,, ikutan rumpi dong, BT nih aye di rumah. Mana rambutan belum panen, ehhh,,, aye di tolak juga sama betina di sebelah rumah. Apes banget deh”.
Dengan hati sedikit kesian, si sanyip pun berkata sambil memegang kacamatanya yang melorot karena hidungnya kecil seperti kutil “ya elah,, nimbrung aja kalee. Lw kan orangnya asek, dan kita pun asek. Jadi kita sama-sama asek”.
nyonyo pun langsung nyeletuk dengan rambutnya yang tandus serta suaranya bagaikan kegencet gedung bertingkat tinggi “iye kuwl,, gabung aja kalee, ga perlu ngerasa ga enak gitu walaupun muka lw udah ga enak dilihat, tapi kita tetep bisa tahan kok”.
Merekapun melanjutkan keriangan di siang bolong itu.

Tiba-tiba lewatlah “pida” seekor kelinci gemuk disertai bulunya yang warna-warni bagaikan pelangi yang lagi arisan, dengan raut wajah yang sedikit kusam seperti habis di lulur dengan batu karang.
Si nyonyo pun berkata “eh,, itu si pida kenapa, kok mukanya tambah jelek yah?”,
tukuwl pun langsung manggil “woiyy,, pid,, pida,, lw pida kan?, gue tukuwl dong”. Duhh,, si tukuwl ini memang terkadang orang yang ga penting.
Dengan sigap, sanyip pun langsung menghampiri si pida “kamu kenapa pid ? kok mukanya jelek gitu, opss maap, Sedih maksudku”.
Si pida pun diam dan ga menjawab atas pertanyaan-pertanyaan dari teman-temannya yang bodoh itu, dia terus diam, diam dan terus diam walaupun sementara dengan kediamannya itu, ternyata 3 temannya itu malah asyik untuk melanjutkan keriangannya dan terdengar begitu riuh seperti suara tukang obat yang sedang mendemonstarikan produknya itu di tengah lapang. 
Dan si pida pun bergumam dengan suara yang ga kalah kerasnya dari paduan 3 suara temannya itu “hehh,, gue kan lagi sedih, kok kalian malah asyik nyanyi-nyanyian sih. Kalian tuh emang ga pernah mengerti gue sedikitpun” *suasana pun hening seketika*. lalu nyonyo berucap “lahh,, tadi kan udah ditanya sama sanyip, tapi lw nya kan malah diem aja. Ya,, kita kan ga mau bingung, jadi lanjut nyanyi deh, hehe”. 
Dengan muka yang makin bringas si pida berkata “ihh,, masa lw ga ngerti sih. Gue kan masih pengen terus di perhatiin. Masa, dengan gue yang masih diem,, kalian langsung nyerah begitu aja sih. Dimana rasa peduli kalian hahh?” *ketiga temannya pun langsung diam menahan muntah*, lanjut pida “gue lagi sakit hati tau,,”
Dengan lantang dan gagah berani bak kesatria, si sanyip berkata “SAKIT HATI KENAPA???”. Si pida pun diam lagi dan sepertinya berat sekali dengan apa yang akan dia ucapkan.
Waktu terus berputar, pohon-pohon bergerak mengikuti arah angin dan langit pun terasa mencekam. Akhirnya bibirnya pida pun mulai bergerak terbuka, terbuka dan terus terbuka dan ternyata dia hanya menguap ngantuk saja. Dan tak lama kemudian dia berkata,,,, *Bersambung*

No comments:

Post a Comment